Rahim Pengganti

Bab 61 "Ini Anak Kita"



Bab 61 "Ini Anak Kita"

0Bab 61     

Ini anak kita     

Bukan hanya kondisi Carissa yang sudah stabil namun, anak mereka juga sama. Bayi kecil itu sudah bisa di bawa keluar dari ruangan mendengar kabar itu semakin membuat Bian bahagia. Pria itu sengaja mengosongkan waktu untuk bisa menyambut sang anak.     

Semenjak Caca sudah pulih, Bian kembali bekerja meskipun tidak terlalu padat. Pria itu akan pergi ke kantor beberapa jam dan sebelum makan siang akan kembali, hubungan nya dengan Caca juga mulai membaik. Wanita itu, tidak merasa risih jika berada di dekat Bian seperti sebelumnya.     

Caca sudah lebih nyaman, meskipun sesekali dirinya masih baru beradaptasi. Jika Bian pergi ke kantor maka yang akan menjaga Mama Ratih atau pun Bunda Iren, keduanya sangat bahagia melihat kondisi Caca yang sudah lebih baik.     

"Kamu kenapa tegang gini, Nak?" tanya Bunda Iren. Caca hanya bisa tersenyum kaku, bagaimana tidak wanita itu bingung harus bersikap seperti apa. Dirinya saja tidak tahu jika sudah menikah bahkan sudah memiliki anak. Hal itu membuat Caca, sedikit tidak mengerti dengan semuanya. Namun, meskipun seperti itu dirinya berusaha bersikap biasa biasa saja untuk menutupi ketenggangan nya.     

"Gak apa apa kok Bun," jawabnya dengan menampilkan senyum indah.     

Bunda Iren mendekat, dan mengusap kepala Caca dengan penuh cinta. Tak lama, pintu ruangan rawat Caca terbuka di sana seseorang yang selama ini menemaninya datang bersama dengan seorang suster.     

"Selamat siang. Saya antar bayi nya ya," ujar suster tersebut lalu pergi meninggalkan box dan berjalan keluar.     

Mata Caca berembun, wanita itu meneteskan air matanya. Bian mendekat sembari mendorong box bayi mereka. Bunda Iren dan Mama Ratih memberikan waktu untuk keduanya. Mereka pun keluar dari sana menyisakan Bian dan Carissa.     

"Ini anak Kita," ujar Bian. Mata Caca menatap ke arah bayi lucu yang ada di gendongan Bian. Pria itu mendekatin Caca dan membawa anaknya itu ke dalam gendongan Carissa.     

"Dia cantik banget. Sama kayak kamu," ucap Bian. Caca menatap ke arah Bian wanita itu menghangat ketika melihat raut wajah suaminya yang tersenyum bahagia.     

"Siapa nama nya?" tanya Carissa.     

Bian menggelengkan, pria itu sengaja belum memberikan nama untuk anak mereka. Diri nya sengaja, melakukan hal itu supaya nanti saat Caca bangun dari tidur panjangnya, dia lah yang memberikan nama tersebut.     

"Kenapa? Bukan kah, anak yang baru lahir harus segera di berikan nama?" tanya Carissa. Bian tersenyum, pria itu lalu menjelaskan kenapa dirinya belum memberikan nama untuk anak mereka.     

"Karena Mas ingin, saat kamu bangun. Kamu yang memberikan nama tersebut, bukan kah itu yang kamu inginkan. Makanya Mas, belum kasih nama biar kita memberikan nama untuknya bersama," jels Bian. Mendengar ucapan itu membuat, Carissa tersentuh pria yang ada di depannya ini sangat romantis.     

"Melody, bagaimana?" tanya Carissa. Bian tersenyum mendengar ucapan dari istri nya itu. "Boleh juga, Mas suka dengan nama itu. Melody Anastasia Fabian," ujar Bian.     

"Hallo Melody, kamu lucu banget sih."     

Bian tersenyum pria itu mengecup dahi sang istri dengan mesra, Caca yang biasanya menolak kali ini tidak wanita itu, menerima kecupan singkat tersebut.     

***     

Tidur Caca sedikit terganggu ketika mendengar suara tangisan seorang anak kecil matanya terbuka, wanita itu menatap ke arah box bayi. Di sana Bian sedang mencoba menenangkan anak mereka. Mengucapkan kata 'anak' sedikit membuat Caca bersemu merah.     

"Kenapa?" tanya Carissa. Bian lalu menoleh ke arah belakang, menatap Caca yang terbangun akibat tangisa Melody.     

"Maaf ya buat kamu terganggu. Ini Melody sepertinya haus, jadi Mas lagi coba kasih minum. Cuma dari tadi belum reda juga tangisannya," jelas Bian. Caca berusaha untuk beranjak dari tempatnya melihat hal itu segera Bian mendekat.     

"Biar Mas yang ke sana," ujar Bian. Pria itu mulai melangkah kan kakinya, menuju tempat tersebut. Lalu Caca langsung meriah Melody. Seketika anak itu langsung terdiam, melihat hal itu membuat Bian takjub.     

Naluri seorang ibu membuat Caca, langsung bisa menenangkan Melody. Anak itu seketika langsung terdiam, dengan mulut yang menghisap botol dot. Melihat Melody seperti ini semakin membuat, Caca merasakan sebuah getaran berbeda, anaknya itu ternyata nyaman saat berada di dalam pelukan Carissa.     

"Dia merindukan ibunya," ujar Bian. Caca hanya tersenyum, dia tidak pernah berpikir akan seperti ini. Bangun dari koma mendapati dirinya sudah menikah dan bahkan memiliki seorang anak.     

Tak lama botol yang berisikan susu itu sudah habis, dan Melody juga sudah tertidur kembali. Bian ingin mengambil anaknya namun, Carissa menolak.     

"Gak usah biar di sini aja dulu, nanti dia terbangun lagi," ucap Carissa. Bian mengangukkan kepalanya, pria itu terlihat sangat mengantuk bagaimana tidak saat ini sudah jam 01.00 malam adalah waktu yang pas untuk tidur tapi karena Melody menangis membuat Bian harus melihat anaknya.     

"Tidurlah. Kamu pasti lelah. Biar Melody saya yang urus, dia juga sudah tertidur," ucap Carissa.     

"Mas gak apa apa Sayang. Tidak mungkin Mas tidur sedangkan kamu, di sini seorang diri menjaga anak kita," balas Bian. Carissa hanya diam tidak menjawab ucapan yang dilontarkan oleh Bian, wanita itu kembali menepuk badan anaknya, bayi kecil yang ada di dalam dekapannya saat ini sangat menggemaskan.     

Di sofa Bian sudah tertidur, melihat hal itu membuat Cariss tertawa pria yang mengatakan bahwa suaminya itu sangat lucu. Bukan kah baru beberapa menit yang lalu, Bian mengatakan akan menemani mereka berdua namun, nyata tidak pria itu sudah tertidur.     

Carissa mengerti, tidak mudah menjadi Bian yang harus berjuang sendirian apalagi dirinya yang masih belum bisa mengingat semuanya.     

"Maaf ... maaf sudah membuat kamu repot menghadapi aku yang belum bisa mengingat semuanya. Aku seolah bingung dengan keadaan yang saat ini terjadi, maaf ... maafkan," ucapnya sembari memberikan selimut kepada Bian.     

Kondisi Carissa sudah membaik, dirinya sudah bisa berjalan meskipun harus pelan pelan setelah meletakkan Melody di box nya. Caca mengambil kain panjang untuk Bian, menyelimuti pria tersebut. Setelah itu Caca kembali ke tempat tidurnya, saat berada di sana mata Caca tidak mau terpejam wanita itu lalu beranjak dari tempatnya dan ikut duduk di samping Bian.     

***     

Pagi ini Bian terbangun saat merasakan tangannya berat sebelah. Pria itu segera membuka matanya dan melihat sang istri ada di sana, sambil memeluk dirinya.     

Senyum di bibir Bian terbit, membuat pria tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Di sentuhannya pipi sang istri, hal itu membuat Caca terusik dan mulai membuka matanya.     

"Maaf sudah membuat kamu terganggu," ujar Bian dengan penuh penyesalan.     

Caca tersenyum lalu mulai beranjak dari pelukan Bian dan berkata. "Gak apa apa. Saya yang harusnya minta maaf, sudah membuat kamu tidak nyaman tidur di lengan kamu. Ini pasti sangat sakit, kan?" tanya Caca.     

"Tidak! Ini tidak sakit, apapun yang kamu lakukan sama Mas, Mas akan terima," balas Bian. Mendengar hal itu seketika pipi Caca bersemu merah wanita itu memalingkan wajahnya tidak mau terlihat oleh Bian.     

###     

Hallo. Selamat Membaca yaa, semoga tetap suka dengan kisah mereka. Love you guys, sehat terus yaaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.